Akan sangat mengecewakan bila setelah melakukan
pengambilan sampel yang mungkin telah membuat petugas pengambil sampel lelah
dan kotor, setelah dibawa ke laboratorium ternyata bahwa “jenis wadah” yang digunakan tidak memenuhi persyaratan dan harus
mengulangi pengambilan sampel dengan jenis wadah yang baik dan benar sesuai
persyaratan. Karena itu, petugas pengambil sampel harus mengetahui terlebih
dahulu parameter lingkungan yang akan dianalisis dan menentukan berapa jumlah
volume atau berat minimum sampel yang akan diambil sehingga dapat menentukan
jenis dan ukuran wadah yang harus digunakan.
Wadah sampel dan cara pengawetan sampel merupakan satu
kesatuan dan merupakan bagian penting dalam perencanaan pengambilan sampel
lingkungan. Pemilihan wadah dan pengawetan yang salah akan menghasilkan data
yang tidak akurat. Secara umum, wadah sampel yang digunakan harus memenuhi
persyaratan antara lain:
a)
terbuat dari bahan gelas atau plastik (polypropylene,
polyethylene, dan teflon) tergantung jenis sampel yang diambil;
b)
dapat ditutup dengan kuat dan rapat;
c)
mudah dicuci dari pemakaian sebelumnya;
d)
tidak mudah pecah atau bocor;
e)
tidak menyerap zat-zat kimia dari sampel;
f)
tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam sampel;
g)
tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah dengan
sampel.
Adapun jumlah wadah yang harus dibawa ke lokasi
pengambilan sampel harus disesuaikan dengan jumlah titik pengambilan sampel
yang tertuang dalam dokumen perencanaan pengambilan sampel. Selain itu, juga
harus dipertimbangkan jumlah wadah untuk keperluan pengendalian mutu di
lapangan misalnya wadah untuk split sample, blanko peralatan, blanko
lapangan, dan lain sebagainya.
Disamping jenis, ukuran, dan jumlah wadah yang harus di
bawa ke lapangan, pencucian wadah (dekontaminasi) juga mutlak dilakukan.
Pencucian wadah bertujuan untuk menghindari kontaminasi sampel dari wadah yang
digunakan. Tanpa pencucian yang benar sesuai persyaratan, maka akan diperoleh
hasil yang tidak valid.
Thanks
ReplyDelete