Ditulis Oleh : cak war | Anwar Hadi
Seringkali pengujian analit dalam suatu sampel tidak langsung diukur dengan
peralatan instrumentasi namun dilakukan preparasi yang meliputi
antara lain pelarutan, distilasi, destruksi atau ekstraksi. Agar hasil
pengujian mempunyai akurasi tinggi maka efisiensi pelarutan, distilasi,
destruksi atau ekstrasi terhadap analit tersebut harus memiliki efisiensi 100%.
Dengan efisiensi 100% maka dapat dipastikan bahwa tidak ada penambahan analit
karena kontaminasi atau hilangnya analit karena penguapan, adsorpsi atau
absopsi selama proses preparasi sampel.
Untuk mengecek efisiensi proses pretreatment dan preparasi tersebut
maka dilakukan uji perolehan kembali (recovey
test, %R) yang dirumuskan sebagai berikut:
Untuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap evaluasi akurasi melalui uji perolehan kembali maka konsentrasi akhir sampel setelah
ditambahkan analit dari larutan
standar (spike) berkisar antara 2 – 5 dari kali konsentrasi sampel sebelum
ditambahkan analit. Namun demikian, perlu dipertimbangkan bahwa nilai
konsentrasi sampel yang telah ditambahkan analit tidak boleh melebihi batas rentang
kerja tertinggi pada ruang lingkup metode pengujian yang digunakan. Dengan kata
lain, konsentrasi sampel yang telah ditambahkan analit harus masuk dalam
regresi linear kurva kalibrasi yang digunakan.
Sedangkan analit yang ditambahkan ke sampel harus memiliki sifat-sifat,
antara lain:
1)
larutan
standar yang ditambahakan ke sampel (spike)
memiliki kemurnian tinggi;
2)
memiliki matrik hampir sama
dengan sampel; dan
3)
memilki
kelarutan hampir sama dengan sampel.
Selain itu, hal yang harus dipertimbangkan adalah analit yang ditambahkan
ke sampel berbentuk padatan bila memungkinkan atau larutan yang sangat pekat. Hal
ini dimaksudkan agar tidak merubah matrik sampel serta menghindari pengenceran
yang dapat mempengaruhi konsentrasi sampel. Sehubungan dengan hal tersebut maka
volume analit yang ditambahkan ke sampel tidak boleh melebihi 2%. Bila
memungkinkan direkomendasikan berkisar antara 0,01% sampai 0,1% dari volume
sampel yang disyaratkan dalam metode pengujian yang digunakan. Bila penambahan
analit menimbulkan kekeruhan (turbidity)
maka penambahan analit ke sampel harus diulang dengan menurunkan konsentrasi
atau memperbanyak volume dengan tetap menghindari terjadinya pengenceran sampel
yang berlebih.
Berikut ini contoh perhitungan uji perolehan
kembali untuk penentuan kadar seng (Zn) dalam air limbah dan diperoleh hasil
sebagai berikut:
Cspike = 27.329 µg/L ≈ 30.000 µg/L = 30 mg/L
Sehubungan nilai konsentrasi spike telah
diperkirakan, maka volume sampel 99 mL ditambahan analit 1
mL dengan konsentrasi 30.000 μg/L. Sampel yang telah
ditambahkan analit tersebut diuji sesuai dengan tahapan prosedur pengujian Zn
dan diperoleh hasil 523 μg/L.
Untuk mendapatkan nilai uji perolehan kembali (%R), maka hitung kadar spike dalam
sampel dengan gunakan rumus sebagai berikut:
Dengan demikian, %R dapat dihitung sebagai berikut:
Rekaman setiap
hasil uji perolehan kembali (%R) dan nilai konsentrasi spike yang ditambahkan kedalam sampel harus dipelihara. Rekaman
tersebut dapat digunakan sebagai dasar penentuan perkiraan nilai konsentrasi spike yang harus ditambahkan kedalam
sampel rutin yang memiliki matrik yang sama.
Jika batasan keberterimaan uji perolehan kembali (%R) tidak ditentukan dalam metode pengujian yang
digunakan atau bagan kendali (control chart) belum ditentukan oleh laboratorium, maka sebagai batasan
awal (starting point) dapat dilakukan
berdasarkan Tabel 2, dibawah ini:
Sebagai ilustrasi,
dari contoh tersebut diatas diketahui bahwa nilai konsentrasi target adalah 523 μg/L atau setara 0,5 mg/L. Dengan demikian
batasan %R yang diperkenankan sesuai Tabel 2 tersebut diatas diperkirakan 80% - 110%.
Sedangkan menurut hasil perhitungan sesungguhnya %R diperoleh 98%. Hal ini berarti bahwa
uji perolehan kembali untuk Zn dalam air limbah tersebut memiliki akurasi yang
sangat baik.
Assalamualaikum Cak,
ReplyDeleteSungguh materi yang bikin saya gagal paham nih,.. boleh saya bertanya bila datanya berkelompok apakah dapat ditentukan batasan %R nya ? kalau boleh tahu darimana sumber pustaka nya ? Hatur nuhun pisan.
Wass.Wr.wb.,
ReplyDeleteMba Dina, penentuan %R tidak gunakan data berkelompok, namun dihitung secara individual data. Intinya saat kita menambahkan analit (spike) ke sampel maka berapa perolehan kembalinya (%Recoverynya)dihitung sebagaimana dalam tulisan saya tersebut. Berbagai literatur metode pengujian kimia air (kimia lingkungan) selalu menginformasikan batasan %R. Lihat metode pengujian Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk air dan air limbah terbitan tahun 2009-2011. Literatur lain standard method for waste and wastewater APHA edisi 22. Makasih
Kalau menghitung %R tanpa adanya penanbahan analit gimna? Sy sdg mneguji metode baru dmn sy lakukan sbnyk 10 kali. Hsil analisa ash dlm 1 gram batubara berupa hasil %. Yg sy mau tanyakan bagaimana sy menetapkan rande batasan recoverynya
ReplyDeleteAssalamualaikum. Sy mau tanya menghitung %recovey tanpa adanya penambahan analit. Sy sdg mrnguji pengembangan metode. Menghitung hasil ash dlm 1 grm batubara sy lakukan sbnyk 10 kali. Dan yg sy mau tanyakan bagaimana cara mengetahui range recoverynya jika dlhasilnya dlm persen. Trims
ReplyDeleteWass.wr.wb.,
ReplyDeleteMba Anisa, secara definisi akurasi dapat diartikan sebagai kedekatan suatu hasil pengujian atau rerata hasil pengujian dengan nilai yang sebenarnya. Dengan demikian, jika tanpa menambahan analit ke dalam sampel maka %R dapat ditentukan dengan memperlakukan certified reference material (CRM) atau in-house reference material (IRM) sebagaimana sampel. CRM (IRM) yang telah memiliki nilai benar tersebut dianalisis sesuai tahapan pengujian dan %R dihitung sebagai berikut:
%R = (hasil pengujian : nilai benar CRM) x 100%
Assalamu'alaikum Cak, maaf saya mau tanya,
ReplyDeletemenyambung dari pertanyaan di atas,
kalau saya akan mengganti metode yang sekarang sedang digunakan, dan saya sudah melakukan perbandingan 2 metode uji, dan saya sudah punya %R-nya, tapi 2 metode tersebut setelah dibandingkan ternyata beda nyata, apa saya bisa menggunakan faktor koreksi untuk metode yang baru ? bagaimana cara menghitung faktor koreksi untuk metode baru tsb ? mohon bantuan-nya Cak, terima kasih
assallamualaikum wr.wb.
ReplyDeletekalau untuk bidang mikrobiologi seperti apa ya cara perhitungan % R nya. terimakasih
Sepengetahuan saya, perhitungan %R pada pengujian secara mikrobiologi berbeda dengan cara kimia. Uji akurasi di mikrobiologi dilakukan dengan cara uji konfirmasi. Misalnya, saat kita menguji E.coli maka dilanjutkan dengan uji konfirmasi dengan membandingkan E.Coli tersertifikasi. Cara lain saat menentukan pengujian bentos, akurasi dilakukan dengan pengamatan oleh 2 orang ahlinya. Makasih
DeletePerbandingan 2 metode yang beda nyata sulit dilakukan koreksi. Mba Anastasia harus menggunakan metode lain sebagai perbandingan agar dapat diketahui korelasi hubungan antara kedua metode tersebut. Adapun caranya sebagai berikut:
ReplyDelete1) lakukan pengujian CRM/larutan standar/sampel dengan berbagai kadar yang berbeda menggunakan 2 metode yang berbeda secara prinsip (misal, spektrofotometer vs AAS)
2) plot kadar yang dihasilkan dalam kurva (sumbu X untuk metode 1 dan sumbu Y untuk metode 2)
3) buat persamaan regresi linear dan tentukan koefisien korelasi minimal 0.995
4) jika kita menguji sampel dengan metode 1, maka hasil tersebut dapat dimasukkan kedalam persamaan regresi linear, maka kita dapatkan korelasi ke metode 2.
Selamat mencoba dan sukses selalu.....
Assalamualaikum maaf pak ingin bertanya. Apabila sampel yang ingin di spike itu konsentrasi nya berada di bawah MDL atau bahkan bisa dikatakan mendekati 0, apakah sampel tersebut masih dapat digunakan untuk mencari %recovery?? Mohon bantuannya pak, terimakasih banyak.
ReplyDeleteWass.wr.wb., pada validasi metode, ya, konsentrasi sampel harus dibawah MDL. Namun untuk pengujian rutin, jika konsentrasi sampel = 0 mg/L, maka lakukan dengan spiking pada target 5 x MDL experiment untuk dapatkan %R
Deleteassalamualaikum wr.wb
ReplyDeletepak izin bertanya ,untuk sampel air sumur apakah dalam akurasi bisa menggunakan larutan standar dan tidak menggnkan sampel air sumur? mksh pak
Gunakan lakukan spiking dengan menambahkan larutan standar kedalam sampel air sumur tersebut. Maksimum volume larutan spiking adalah 2% dari volume sampel dan pada kadar yang pekat
DeleteCak saya maaih bingungcara kerja untuk uji akurasi, nah metode saya disini saya menentukan spike dengan larutan (konsentrasi + spl yang tidak diketahui spikenya) nah sebelumnya gatau bwrapa spikenya dan diketahui pas udah diukur, mengerti tidak cak? Saya juga bingung
ReplyDeleteJika kita akan lakukan spike maka kita harus tahu berapa kadar dan volume yang ditambahkan ke sampel baru kita bisa hitung akurasinya
Deleteuntuk sampel yang digunakan untuk spike apakah di kondisikan harus steril ya pak di pengujian mikrobiologi. terimaksih
ReplyDeleteuntuk pengujian mikrobiologi tidak digunakan spike, namun larutan spike harus mempunyai kemurnian tinggi (pro analysis)
DeleteSpike itu gmn ya??mohon penjelasannya
ReplyDeleteSpike merupakan larutan standar yang ditambahkan ke dalam sampel dan diuji untuk mendapatkan %R
ReplyDelete